REFLEKSI 75 TAHUN KEMERDEKAAN INDONESIA
REFLEKSI 75 TAHUN KEMERDEKAAN INDONESIA
Oleh: TEMI SETIABUDI, S.Pd., Gr
Tatkala
Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu 14 Agustus 1945, bangsa Indonesia
berada pada titik dimana kekuasaan mengalami kekosongan. Syahrir sebagai tokoh
golongan pemuda tidak menyia-nyiakan berita kekalahan penguasa, penjajah negeri
ini, tirani Matahari terbit (Jepang) dengan menyampaikan informasi berharga kepada
pemuda yang lainnya. Sukarni, Wikana, Chaerul Saleh dan sederet nama tokoh
pemuda lainnya dengan semangat yang berkobar meminta Ir. Soekarno yang kelak
menjadi paduka yang mulia pemimpin besar revolusi, presiden Republik Indonesia
beserta Moch. Hatta agar segera menyatakan kemerdekaan bagi bangsa ini. Namun
upaya demi upaya tidak berjalan sesuai seperti secepat harapan dalam hati,
dimana harus melewati berbagai peristiwa kejadian yang tak terduga, mulai
adanya peristiwa Rengasdengklok, penyusunan naskah, hingga persiapan proklamasi
yang didambakan.
Kini
tujuh puluh lima tahun yang lalu Indonesia merdeka, terlepas dari belenggu
penjajahan. Merdeka kita bukan merdeka mereka pada umumnya yang diberikan oleh
bangsa lain (penjajah). Bangsa ini merdeka atas berkat rahmat tuhan YME
sepenuhnya yang telah menggerakan tenaga dan upaya para pejuang bangsa untuk
melepaskan dari ikatan kekuasaan asing. Atas takdir yang tidak bisa dihindari
oleh segenap bangsa dimasa yang lalu, dengan tekad kuat menggelora, Bangsa
Indonesia lahir sebagai bangsa yang berdaulat, bangsa yang berharap dan akan
berusaha sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang terlebih dahulu merdeka.
Indonesia
kita unik, berjuang dengan titik darah penghabisan. Berjuang terus dikala
negara sudah merdeka, menegakkan panji-panji kemerdekaan yang telah di raih.
Berjuang untuk harga diri yang bebas tanpa belenggu penjajah. Kita beda, itu
yang menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang selayaknya disegani dan
dihormati.
Indonesia
merdeka 17 Agustus 1945, peristiwa besar, sebagai batu loncatan bangsa ini
untuk maju, peristiwa bersejarah yang menjadi memori kolektif segenap bangsa
Indonesia tahun demi tahunnya. Bangsa ini berbondong-bondong meluapkan kegembiraan
dengan euphoria yang begitu
fantastis, dimana nasionalisme muncul mengebu-gebu. Di kota maupun desa, kampong-kampung
ramai berlomba-lomba dipercantik oleh atribut dan ornamen kemerdekaan dengan menunjukkan
kreatifitas kelokalannya itu semata untuk bangsa dan negara tercinta. Upaya
mereka merefleksikan pendapat negarawan dunia dimana jangan bertanya apa yang
negara berikan kepada dirimu, tapi tanyakan apa yang telah kamu berikan kepada
bangsa dan negara.
Negara
sebagai rumah bagi rakyat, Indonesia rumah bagi 250 juta rakyat di dalamnya
tentu seyogyanya (harus) memberikan kenyamanan, tempat kembali setelah melewati
hiruk pikuk pekerjaan, serta memberikan apa yang dibutuhkan tatkala perut
membutuhkan asupan makanan, tatkala otak yang memerlukan nutrisi dan suntikan
pengetahuan. Indonesia yang kaya, Indonesia yang maju menjadi cita-cita
nasional di tujuh puluh lima tahun berdaulatnya negeri ini.
Makna
merdeka di tiga per empat abad berdirinya bangsa, Indonesia yang merdeka dari
rasa takut yang menghantui seluruh penghuni negeri ini. Terbebas dari pandemi
yang menjadi kekhawatiran dunia masa ini. Bangsanya kembali pulih, rakyatnya
kembali pada kemapanan ekonomi, serta pemimpin negeri ini bisa tersenyum
kembali yang bebas dari beban pandemi yang terjadi.
Lalu
apa yang selayaknya kita berikan pada negeri ini, dimasa seperti saat ini?
Cukup berjuang dengan selalu menjaga kesehatan, selalu memakai masker, jaga
jarak fisik dan social anda untuk Indonesia yang merdeka dari pandemi Covid-19.
Merdekaaaaaa.
Merdekaaaaaaa……
Komentar