PERANG JEPANG-RUSIA (1904-1905)
Sebuah sejarah dapat di klasifikasikan
berdasarkan ruang lingkupnya masing-masing. Ruang lingkup ini mencakup sejarah
sebagai kisah, sejarah sebagai peristiwa, sejarah sebagai ilmu maupun sejarah
sebagai seni. Sudah tentu sejarah ini dilihat dari sudut pandang sejarawan dan
realitas di lapangan. Sebagai contoh bisa dikatakan sejarah sebagai peristiwa,
suatu peristiwa bisa dikatakan sebagai peristiwa bersejarah apabila peristiwa
tersebut memiliki pengaruh yang besar pada masanya dan masa-masa berikutnya (Mustopo,
2007: 5). Dengan demikian bahwa tidak semua peristiwa yang dialami manusia bisa
dikatakan sejarah sebagai peristiwa namun bisa masuk kedalam sejarah pribadi
manusia tersebut sebagai objek sejarah dirinya.
Begitu juga dengan peristiwa yang
terjadi antara kedua negara maju Rusia dan Jepang pada masa lampau yang harus
mengalami peperangan untuk sebuah kepentingan masing-masing. Peperangan yang
terjadi antar keduanya itu pantas bila dikatakan sejarah sebagai peristiwa.
Mengapa demikian? Hal ini jelas kita mengacu pada konsep mengenai sejarah
sebagai peristiwa yang dikemukakan sebelumnya bahwa peristiwa tersebut
memberikan pengaruh yang sangat besar bagi kedua negara secara khusus serta
pengaruh lainnya untuk wilayah regional
Asia pada umumnya termasuk pengaruh yang dialami oleh Indonesia sebagai
faktor bangkitnya Nasionalisme Indonesia.
Perang Jepang-Rusia ini memang bagus
untuk dikaji dan dipahami lebih mendalam, karena ada kaitannya pula dengan
negara kita walaupun tidak secara langsung bersentuhan. Yang menarik adalah
telah terhapusnya paradigma bahwa kulit putih selalu yang terbaik jika
dibandingkan dengan kulit berwarna. Ketika perang ini berakhir, orang kulit
putih mendapat pukulan yang luar biasa karena yang kulit berwarna mampu
menunjukan kekuatannya yang tidak selamanya mendapatkan diskriminasi. Tidak
lagi sebagai suatu negara yang selalu di agresor akan tetapi menjadi negara
agresor. Dan bagaimana nantinya Jepang menjadi sebuah negara Great Power setelah kalahnya Rusia tahun
1905 pada pertempuran Tsushima.
Latar Belakang Terjadinya Perang
Perang Jepang-Rusia tidak terlepas
dari peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempengaruhi peristiwa yang terjadi.
Sebelum perang pecah, pada tahun 1900 golongan konservatif di cina mendirikan
perkumpulan rahasia yang terkenal dengan nama Yi Ho Tuan atau lebih dikenal dengan sebutan boxer (Agung, 2012: 131). Sebuah
gerakan yang berusaha untuk menyelamatkan negara dari pengaruh bangsa barat.
Delegasi-delegasi asing yang ada di Peking dikepung oleh organisasi tersebut,
dan pemberontakan-pemberontakan lainnyapun terjadi. Peristiwa ini mendapat
reaksi dari negara-negara yang memiliki delegasi untuk membentuk suatu kekuatan
dengan adanya persekutuan Internasional yang terdiri dari 8 negara yakni
Amerika Serikat, Inggris, jerman, Rusia, Prancis, Italia, Austria dan Jepang.
Akhirnya gerakan tersebut dapat ditumpas dan menghasilkan beberapa keputusan
yang intinya gerakan anti asing dilarang, dan adanya denda yang harus dibayar
oleh Cina.
Dalam kaitannya dengan kekacauan
yang terjadi, Rusia mengambil bagian dalam usaha melindungi warga Rusia yang
ada di Manchuria dengan mengirimkan pasukannya. Dalam sebuah perjanijian
bersama bahwa pasukan yang dikirim sifatnya hanya sementara, ketika kekacauan
selesai maka secara otomatis pasukan pun harus ditarik mundur. Namun tidak dengan
yang dilakukan oleh Rusia, tentaranya masih tetap berada diwilayah Manchuria. Usaha
yang dilakukan Rusia ini memiliki tujuan lain yaitu adanya usaha imperialisme
terhadap wilayah Cina khususnya Manchuria. Rusia dalam usahanya mendapatkan pelabuhan-pelabuhan
bebas dari gangguan es (politik air hangat Rusia), telah berhasil menduduki
Manchuria dan ingin mendapatkan Korea juga hingga daerah Wladiwostok,
Manchuria, Liau-tung (Port-Arthur) dengan Korea menjadi kesatuan daerah
pengaruh Rusia (Soebantardjo, 1958:16). Dalam hal ini Rusia telah melanggar hak
bersama berupa politik pintu terbuka bagi negara-negara lain di Manchuria. Hal
ini mendapat kecaman dari negara-negara lainnya termasuk Jepang. Jepang
kemudian membentuk persekutuan dengan Inggris dan melakukan protes walaupun
protesnya tidak dihiraukan. Disamping itu pula bahwa posisi Manchuria ini dekat
dengan Korea dan Korea ini merupakan basis kekuasaan dari Jepang.
Jepang tidak mau lagi mengulangi
kelamnya masa lalu untuk yang kedua kalinya. Seperti halnya Rusia yang telah
mengambil Port Arthur dalam perang Jepang-Tiongkok 1895. Sehingga jepang ingin
membalaskan dendamnya kepada Rusia. Permasalahan Jepang-Rusia ini telah banyak
dilakukan melalui sebuah pembicaraan perdamaian melalui cara diplomasi, namun
semua usahanya selalu gagal dan tidak mencapai titik temu. Sehingga
satu-satunya cara adalah dengan peperangan.
Jalannya Perang
Peperangan
yang berlangsung dari tahun 1904-1905 ini diawali dengan adanya pernyataan
perang yang diungkapkan oleh pemerintah Jepang terhadap Rusia pada tanggal 10
Februari 1904. Dua tahun berlangsungnya perang telah mengubah dunia. Dalam usahanya
itu Jepang dengan cepatnya melakukan tindakan-tindakan penting sehingga
berhasil menguasai beberapa wilayah yang dianggap penting bagi Rusia. Pada
tahun ini juga Jepang berhasil merebut kembali Port Arthur dibawah pimpinan
Jenderal Nogi yang sebelumnya pernah direbut oleh Rusia yang merupakan pemicu
balas dendam Jepang.
Pada tahun 1905 Jepang menunjukan
kembali kekuatannya dengan menghancurkan angkatan laut Rusia dibawah komando
Laksamana Togo di wilayah perairan selat Tsushima. Pertempuran yang terjadi di
Tsushima ini adalah pertempuran laut terbesar saat tempur Pra-Dreadnought (Ariefyanto, 2013) .
Dalam pertempuran ini armada kapal
jepang dibawah pimpinan jenderal Togo lebih unggul jika dibandingkan dengan
armada Rusia baik dari segi amunisi serta keakuratan dalam melancarkan
serangan. Sehingga dengan jelas bahwa Jepang berhasil menghancurkan armada
Rusia dan Laksamana Rozhestvensky tewas seketika akibat pecahan logam di kepala.
Dengan tewasnya pemimpin armada perang Rusia ini secara tidak langsung Rusia
telah mengalami kekalahan walaupun setelah tewas pucuk pimpinan diambil alih.
Namun upaya itu tidak membuahkan hasil yang signifikan. Akhir perang Tsushima
ini dengan kalahnya Rusia membuka jalan menuju perjanjian Portsmouth yang
mengakhiri perang Jepang-Rusia yang dilaksanakan di Portsmouth, Amerika
Serikat.
Akhir dari perang Jepang-Rusia, pada
tanggal 5 September 1905 (Agung, 2012: 134) berkat bantuan Amerika Serikat
kedua belah pihak menyepakati beberapa putusan yang tercantum dalam Perjanjian Portsmouth yang berisi:
1. Jepang menjadi yang dipertuan atas
kepentingan-kepentingan politik, ekonomi dan militer di Korea;
2. Hak-hak Rusia di semenanjung
Liaotung diserahkan kepada Jepang;
3. Sakhalin Selatan diserahkan kepada
Jepang;
4. Jalan-jalan kereta api di Manchuria
Selatan diserahkan kepada Jepang;
5. Tentara Jepang dan Rusia akan
ditarik dari Manchuria, tetapi Jepang tetap menjadi pengawas atas jalan-jalan
kereta api di sana;
6. Baik Rusia maupun Jepang tidak boleh
merintangi usaha-usaha Cina untuk mengembangkan perdagangan dan industrinya di
sana;
7. Jalan-jalan kereta api di Manchuria
dieksploitisir untuk kepentingan ekonomi dan industri dan bukan untuk maksud
strategi kecuali Liaotung.
Melihat isi perjanjian tersebut kita
dapat melihat bagaimana Jepang sebagai pemenang perang memiliki hak-hak
istimewa atas beberapa wilayah yang memang sebagai perebutan dalam peperangan.
Dan seperti biasanya pula bahwa yang kalah hanya mampu mendapatkan rasa malu
dan biasanya juga harus mengganti biaya kerugian saat peperangan berlangsung.
Dampak yang ditimbulkan Pasca
Perang
Dalam
hubungan sebab-akibat (causalitas),
setiap kejadian atau peristiwa pasti akan ada dampak yang ditimbulkan baik itu
negatif maupun positif. Begitu juga dengan perang Jepang-Rusia yang membrikan
dampak yang luar biasa bagi Jepang secara khusus. Pasca perang, Jepang tumbuh
menjadi negara besar dan negara terkuat di Asia, serta kepercayaan Jepang atas
kekuatan diri sendiri bertambah besar sehingga adanya keinginan untuk ekspansi
wilayah lain (Soebantardjo, 1958: 17). Hal ini dapat kita lihat bagaimana
Jepang menjadi negara maju dan melakukan imprealisme sebagai ekpansinya di
negara-negara lain termasuk Indonesia. Selain itu Jepang memproklamirkan
dirinya sebagai pemimpin Asia, itu memperlihatkan bagaimana kepercayaan diri
dari Jepang.
Jepang berhasil menghilangkan
pandangan mengenai kulit putih yang paling sempurna dan kuat sedangkan kulit
berwarna itu lemah dan pantas untuk dijajah. Hal ini dapat dilihat setelah
Rusia jatuh kalah oleh Jepang. Dan yang terpenting bahwa kemenangan Jepang atas
Rusia ini menjadi salah satu faktor eksternal kebangkitan Nasionalisme Indonesia
sebagai salah satu negara di Asia Tenggara yang mampu berdiri sendiri dan
menjadi negara yang berdaulat.
Kedudukan Rusia dimata dunia
internasional menjadi merosot dan kedudukannya di Asia Timur lemah, hal ini
dikarenakan Asia Timur berhasil dikuasai oleh Jepang mulai dari Cina hingga ke
wilayah Asia tenggara lainnya. dan jepang menjadi bahan motivasi dan contoh
bagi Cina untuk membangun negaranya.
DAFTAR
PUSTAKA
Agung, L. (2012). Sejarah Asia
Timur jilid 1. Yogyakarta: Ombak.
Ariefyanto, M. I. (2013, 05 28). Hari Ini di 1905
Pertempuran Tsushima, Rusia Takluk kepada Jepang. Retrieved 10 20, 2013,
from Republika Online:
http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/05/28/mnicod-hari-ini-di-1905-pertempuran-tsushima-rusia-takluk-kepada-jepang
Mustopo, H.dkk. (2007). Sejarah SMA.
Jakarta: Yudhistira.
Soebantardjo. (1958). Sari Sejarah Jilid 1.
Yogyakarta: Bopkri.
Komentar