TASAWUF: Analisis Historis dan Eksistensinya Dalam Penyebaran Islam di Nusantara Hingga Zaman Global



            Berbicara mengenai agama islam di Indonesia, tidak akan pernah luput dengan bagaimana islam masuk dan berkembang. Sejarah yang begitu panjang dan penuh dengan dinamika bagi dunia islam sendiri sehingga sampai kepada masyarakat Indonesia di era modern ini. Tasawuflah yang menjadi titik tolak berkembangnya agama islam di Nusantara. Untuk lebih jelas, maka simaklah tulisan ini dengan pemikiran yang kritis sehingga dengan demikian anda selalu skeptis dalam memahami sejarah.
Tasawuf  merupakan suatu ajaran keyakinan kepada sang pencipta melalui jalan yang zuhud dan sederhana, menjauhkan diri dari kehidupan duniawi dan hanya beribadah kepada Allah. Melalui jalan ini manusia akan merasa lebih dekat dengan pencipta, dan beranggapan bahwa antara kholiq dan makhluk bisa menyatu. Sehingga munculah konsep “wahdatul wujud” yang berarti antara mahkluk dan kholiq adalah menyatu. Bagi orang awam, konsep ini rumit untuk dimengerti dan harus dengan pemikiran yang dalam. Jika hal tersebut dipahami secara sepintas akan mengakibatkan pemurtadan ajaran Islam.
Semua ajaran tasawuf seluruhnya berdasarkan al-quran dan sunnah rasul seperti halnya dengan yang di ajarkan oleh rasulullah SAW. Maka tidak heran banyak sahabat nabi yang menjalankan ilmu tasawuf dalam beribadahnya, salah satunya adalah Ibnu Sauf.
Awal mula perkembangan tasawuf merupakan suatu respon terhadap sekulerisme agama dan kehidupan mewah keduniawian para penguasa islam pada zamannya. Sehingga memunculkan para pemikir untuk menghalau hal tersebut. Ajaran tasawuf berawal dari timur tengah, salah satunya Syeikh Abdul Kodir Jailani seorng ahli sufi yang berperan besar dalam penyebaran islam di Indonesia. Mengapa dikatakan berperan sangat besar? Seperti kita ketahui bahwa ajaran tasawuf di Nusantara merupakan akar dari ajarannya Syaikh Abdul Qadir yang dibawa pulang oleh muridnya serta para pedagang dan diajarkan kembali. Perkembangan islam sangat cepat menyebar luas dikarenakan pemikiran tasawuf yang mengikuti tradisi dan bisa bertaklid kepada ulama sehingga mudah diterima oleh semua kalangan masyarakat. Hasil itu dapat dirasakan hingga saat ini, ajaran tarekat islam di Pesantren Suryalaya Tasikmalaya yang berkembang terus walau di hadapkan pada perkembangan zaman yang global.
            Begitu kuat sekali eksistensi tasawuf bagi dunia penyebaran islam pada zaman dulu. Dapat kita lihat buktinya bahwa banyaknya masyarakat Nusantara yang beragama islam, di abad 12 hingga abad 20 yang tadinya mayoritas beragama Hindu-Buddha. Hal ini terjadi karena islam adalah agama yang syumul (menyeluruh) dan masuk ke semua kalangan. Namun seiring dengan perkembangan dunia yang maju dan ditemukannya IPTEK maka eksistensi itu mulai memudar bahkan tidak kelihatan. Hal ini disebabkan karena begitu banyaknya pembaharu-pembaharu dalam dunia islam yang menolak keras ajaran tasawuf. Salah satu pembaharuan itu adalah gerakan wahabisme. Menurutnya tasawuf dipandang telah menyimpang dari ajaran al qur’an dan hadist, maka pembaharu itu ingin mengembalikan ajaran islam berdasarkan al-qur’an dan sunnah dan melarang adanya taklid terhadap ulama. Untuk di indonesia sendiri dengan adanya pembaharuan islam, maka memunculkan adanya golongan-golongan islam yang berhaluan atas al quran dan hadist. Golongan itu diantaranya Persis (Persatuan Islam), Muhamadiyah, Nahdatul Ulama (NU). Dari ketiganya memiliki pandangan dan pemikiran yang berbeda namun ada dalam koridor islam, seperti halnya NU.

Apakah tasawuf masih ada dan berkembang saat ini?
Pertanyaan tersebut mendorong penulis untuk menganalisis tasawuf itu dengan realita kehidupan masyarakat saat ini. Jika kita memahami tasawuf, maka untuk sekarang ini ajaran tasawuf sangat jarang sekali. Perkembangannya hanya di wilayah pedalaman yang mayoritas masyarakatnya masih melestarikan tradisi nenek moyangnya.
NU sebagai salah satu golongan yang lahir dari adanya pembaharuan islam tetap mempertahankan perkembangan tasawuf dalam dunia penyebaran islam. Mengapa demikian?   Dalam praktik penyebaran islam selalu di dampingi budaya dan tradisi masyarakat yang berkembang.  NU ini jika dibandingkan dengan kedua golongan lain seperti Persis dan Muhamadiyah lebih menjaga tradisi, seperti halnya tasawuf yang berkembang di masyarakat di Jawa.
Intinya bahwa tasawuf pada zaman sekarang ini masih ada dan berkembang, namun dengan wajah yang berbeda tidak seperti halnya tasawuf yang berkembang pada abad 12 hingga abad 18 M. Sehingga kurang begitu disoroti oleh semua masyarakat.

Demikianlah artikel sederhana ini penulis buat, penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Andi Suwirta yang mendorong untuk mengeluarkan gagasan dalam bentuk tulisan. Mudah-mudahan kedepannya bisa lebih baik lagi.
Bumi Siliwangi, 24 juni 2012














Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertanyaan Mengenai KTSP

Makalah Peranan Pendidikan Dalam Kehidupan Masyarakat

PERAN AKTIF INDONESIA PADA MASA PERANG DINGIN