Pemberontakan Petani Banten


Tempat dan waktu terjadinya pemberontakan
            Pemberontakan petani Banten merupakan suatu reaksi terhadap kolonialisme Barat di Banten sendiri. Sekitar tahun 1888 terjadi pemberontakan di daerah Anyer ujung Barat Laut Pulau Jawa.
Latar Belakang Pemberontakan
            Latar belakang pemberontakan didasarkan pada berbagai aspek. Diantara aspek yang dimaksud adalah aspek sosial ekonomi, politik, kebangkitan agama, keresahan sosial dan lain lain.
·         Aspek sosial-ekonomis
Aspek sosial-ekonomi masyarakat Banten pada saat itu merupakan bermata pencaharian pertanian. Dari sanalah muncul adanya patron and clien antara pemilik tanah dan penggarap tanah. Dengan datangnya pemerintaha kolonial Belanda, maka terjadi penguasaan atas tanah dan penerapan sistem pajak berupa penghasilan. Pajak yang harus diberikan merupakan seperlima penghasilan yang diserahkan. Maka memunculkan pemberontakan antara rakyat dan pemerintahan.
·         Politik
Perkembangan politik Banten pada saat itu merupakan mayoritas bersifat ketradisionalan. Golongan tradisional yang hampir mendominasi masyarakat banten. Sultanlah yang menjadi penguasa dan rakyat harus tunduk kepada penguasanya. Ketika Belanda datang, kekuasaan sultan menjadi boneka-boneka Belanda yang nantinya digunakan untuk memeras rakyat. Pamong praja di bentuk oleh belanda. Dari sanalah terjadi ketegangan karena sistem baru itu merugikan rakyat.
·         Kebangkitan agama
Seperti halnya daerah lain, kebangkitan agama terjadi di Banten. Sebagai respon terhadap westernisasi. Kebangkitan ini dipimpin oleh seorang haji yang nantinya sekaligus memimpin pemberontakan yang karismatik.
·         Keresahan sosial
Keresahan sosial yang terjadi di Banten memiliki peranan dalam terjadinya pemberontakan. Faktor-faktor yang ikut menyebabkan terjadinya pergolakan pergolakan dan keresahan sosial adalah kompleks dan beraneka ragam seperti disintegrasi tatanan tradisional dan proses yang menyertainya, yakni semakin memburuknya sistem politik, dan tumbuhnya kebencian religious terhadap penguasa penguasa asing, sangat menonjol dalam banyak pemberontakan di Banten.
Ditambah lagi adanya pamong praja yang menghasut masyarakat karena mereka kecewa terhadap pemerintahan kolonial. Hal ini memunculkan terjadinya permusuhan dengan pihak pamong praja.
Pemberontakan
            Pemberontakan petani banten merupakan suatu pemberontakan secara terencana dan tersusun secara tertutup. Peristiwa ledakan di Cilegon menjadi bukti aktivitas mereka, dan yang seorang hajilah yang menjadi peranan penting didalamnya. Salah satu diantara haji-haji tersebut adalah Haji Abdul Karim. Setelah Haji Abdul Karim kemudian muncullah Kiayi Haji Tubagus Ismail yang menggiatkan kembali pemberontakan.
            Kematangan pemberontakan terjadi setelah banyak mencari pengikut, yaitu pengikut haji Marjuki, haji Wasid dll. Kegiatan-kegiatan persiapan pemberontakan selama tiga bulan terakhir tahun 1887 dan pertengahan pertama tahun 1888, ditandai oleh factor-faktor sebagai berikut : (1) latihan pencak silat (2) pengumpulan dan pembuatan senjata (3) propaganda di luar banten dilanjutkan. Kegiatan-kegiatan lain diteruskan seperti menghasut khotbah tentang ramalan-ramalan dan ajaran tentang perang sabil, dan mrndorong mereka  untuk memakai jimat dan ikut dalam pertemuan-pertemuan keagamaan. Kegiatan-kegiatan gerakan benar-benar ditingkatkan, dan salah satu buktinya yang nyata adalah seringnya di adakan pertemuan  oleh pemimpin-pemimpin pemberontak hamper setiap minggu.
            Pemberontakan ini terjadi pada tanggal 9 Juli tahun 1888. Mereka melakukan pemberontakan di daerah   Cilegon dengan maksud untuk membunuh pejabat-pejabat yang termasuk dalam birokrasi kolonial. Mereka tidak peduli meskipun harus membunuh pribumi bila para pribumi itu bekerja pada Koloni Belanda. Adapun mereka tidak membunuh seseorang bila orang itu mengucapkan kalimat syahadat. Serangan yang dilaksanakan kaum pemberontak pada tanggal 9 Julia ini merengut hampir semua pejabat terkemuka di Cilegon. Seperti Dumas yang merupakan juru tulis pada pengadilan distrik menjadi korban pertama pada pemberontakan ini.Mereka menyerang rumah-rumah pejabat kolonial dan membakar habis rumah serta arsip arsip penting pemerintahan kolonial.
Penumpasan pemberontakan
Kekalahan yang terjadi di Toyomerto menjadi titik awal kehancuran pemberontakan ini. pasukan mereka tercerai berai sehingga pasukam militer Belanda memenangkan pertempuran. Satu persatu pemimpin pemberontakan wafat dan yang masih hidup ditawan dan sebagian dihukum mati. Namun setelah berakhirnya pemberontakan yaitu pada tahun 1889 muncul gerakan pemberontakan baru yang dipimpin oleh Haji Ahmad namun desas desus itu sudah diketahui oleh pemerintah kolonial dan dapat diredam dengan mudah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertanyaan Mengenai KTSP

Makalah Peranan Pendidikan Dalam Kehidupan Masyarakat

PERAN AKTIF INDONESIA PADA MASA PERANG DINGIN