Perlawanan Penguasa Madura Atas hegemoni Jawa
Permasalahan
yang sering terjadi di berbagai kerajan yang ada di Nusantara hampir sama,
salah satunya adalah permasalahan mengenai negara vasal/jajahan. Begitu juga
dengan apa yang dialami oleh Mataram atas Madura. Madura secara jelas
menginginkan keluar dari kekuasaan Mataram, Cakraningrat IV melakukan kerjasma
dengan VOC supaya Madura bisa menjadi negara Vasal bagi VOC di Batavia. Ketika
terjadi huru-hara oleh orang Cina, maka Mataram dapat diambil alih dan
Pakubuwono melarikan diri.
Situasi Mataram Pada Akhir
Kartasura
Pada masa kekuasaan Pakubuwono IV,
keadaan Mataram sedang mengalami feodalisme yang sangat kuat hingga akhir abad
ke-17. Hal ini disebabkan karena hancurnya
perdagangan di laut Jawa yang mengubah struktur perekonomian di Jawa menjadi
Negara agraris atau kerajaan agraris. Sejak saat itu masyarakat jawa harus
memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri serta kebutuhan raja dan para bangsawan. Pada
pertengahan abad ke 18, Mataram mengalami kemunduran. Faktor penyebab
kemunduran itu karena pertama kelompok
bangsawan yang mengancam kedudukan Raja, kedua
kelompok pejabat, kelompok penguasa lokal serta kelompok desa.
Hubungan
antara Pusat dan Daerah di Mataram pada Periode Akhir Kartasura (1726-1745)
Pembagian wilayah suatu
kerajaan tergantung penguasa yang memerintahnya. Pembagian itu pun dari masa
kerajaan yang satu ke kerajaan yang lainnya berbeda. Seperti halnya kerajaan
Majapahit ke kerajaan Demak, kerajaan Demak ke kerajaan Pajang jelas berbeda.
Wilayah kekuasaan Pajang
meliputi: (1) daerah Pajang sebagai eilayah inti kerajaan dengan keratin
sebagai pusatnya; (2) pesisir utara Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur; (3)
pesisir barat yang meliputi Banten, Jayakarta dan Cirebon; (4) macanagara
dan bang wetan. Sumber lain mengatakan bahwa Jawa pada periode peralihan
dari Demak ke Pajang terbagi menjadi delapan wilayah pemerintahan yang merdeka
dan terpisah yaitu: Banten, Jakarta, Cirebon, Pratawa atau sekitar Grobogan,
Kalinyamat atau Japara, Pajang, Kedu dan Madura.
Sedangkan untuk kerajaan Mataram sendiri wilayah
kekuasaannya dibagi menjadi 5 wilayah
meliputi: Wilayah nagaragung: Kartasura dan Mataram, wilayah
pesisir barat: Tegal, Wiradesa, Kaliwung, Lembah Rawa, Batang, Kendal,
Pakalongan, Demak, Pematang dan Brebes. wilayah pesisir timur: Japara, Kudus,
Pati, Juwana, Lasem, Tuban, Sedayu. Gresik, Lamongan, Surabaya, Cengkalsewu dan
Madura, Mancanagara barat: Banyumas, Kedu-Wates dan Begelen, dan Mancanagara
timur: dibagi menjadi dua wilayah kawedanan bupati atau provinsi yaitu yang
berada dibawah kekuasaan Tumenggung Surawijaya di Jipang (Jipang, Madiun,
Rawa-Kalangbret, Jagaraga, Pacitan-Kadawung, Japan, Selakaras dan Warung-Kuwu),
dan yang ada di bawah kekuasaan Adipati Ketawengan (Kediri-Balitar, Srengat,
Kertasana, Pace, Japan, Wirasaba, Panaraga dan Blora.
Untuk struktur birokrasi yang berkembang saat
itu, adanya pejabat pusat kerajaan,
putra mahkota, patih, wedana lebet/jero serta pejabat di wilayah tertentu.
Pembagian tugas ini bertujuan agar memudahkan dalam
koordinasi.
Munculnya Cakraningrat IV dalam
Konteks Hubungan Mataram, VOC, dan Cina
Cakraningrat merupakan sebuah gelar
bagi seorang raja di Mataram. Cakraningrat IV sendiri merupakan anak dari
Cakraningrat III yang bernama Suryadiningrat junior yang
menggantikan ayahnya sebagai raja. Hubungan antara Mataram dengan VOC pada
awalnya pure sebagai hubungan perdagangan. Namun seiring dengan perkembangan
waktu menjadikan keduanya memiliki kepentingan politik. Dari sanalah munculnya
perjanjian-perjanjian yang nantinya banyak merugikan pihak Mataram.
Hubungan
Mataram-VOC-Cina, berlangsung dengan awal keterhubungan bangsa pedagang cina
yang datang pertama dan menjalin hubungan yang baik dengan pedagang lain dan
pribumi, kecakapaan pedagang Cina dalam berdagang akhirnya hampir menguasai
perdagangan daerah pesisir. Dengan demikian keduanya antara VOC dengan Mataram
sama-sama memanfaatkan Cina dalam segi politik maupun ekonomi.
Geger
Kartasura : Akhir Riwayat Cakraningrat IV yang Ambisius
Setelah menyelesaikan ambisinya Cakraningrat
untuk menguasai Jawa Timur serta Madura. Pertengahan
1741 memberikan peluang bagi Belanda untuk mendatangkan pasukan secara
besar-besaran ke wilayah pesisir utara Jawa Tengah. Pada tahap pertama VOC
berharap mendapat bantuan dari bupati setempat namun semakin lama hal itu tidak
dapat diharapkan. VOC yang memiliki pos di Surabaya dan Gresik juga tahu bahwa
pengaruh dari Cakraningrat IV sangat terasa sehingga menuntut pengamanan yang
berbeda. Ambisi Cakraningrat IV untuk menguasai daerah pojok utara pesisir Jawa
Timur dapat dicermati dari laporan VOC tahun 1741. Cakraningrat IV mendapat
tugas dari komandan VOC di Surabaya untuk menyerak 400 orang Cina yang mengamuk
di Gresik. Sehingga Cakraningrat IV mengirimkan 100 prajurit Madura dengan
membawa senapan. VOC pun mengucapkan terima kasih atas keberhasilan tersebut.
Akhir
dari kekuasaan Cakraningrat IV dimulai dari kekuasaan wilayahnya yang
dipersempit karena perjanjian-perjanjian dengan VOC. Selain itu Cakraningrat IV
banyak mengambil keputusan yang salah sehingga dia sendiri menanggung resiko
dari perbuatannya.
Komentar